Fabio Handi

Rabu, 09 Oktober 2019

Review Film : Bebas (2019), Cerita Manis Persahabatan Hingga Akhir Usia
* Review ini mungkin mengandung spoiler.

Kenakalan remaja merupakan hal yang biasa dan pasti dilakukan oleh semua remaja-remaja dari dulu sampai sekarang. Kisah kenakalan remaja dan persahabatan ini yang menjadi inti dari film Bebas yang merupakan adaptasi dari film Sunny yang sudah lebih dulu populer di Korea Selatan. Dan sekarang gw bakalan review film Bebas ini.

Menurut gw pribadi film yang menceritakan persahabatan Kris, Vina, Suci, Gina, Jessica dan Jojo ini ga cuma cocok buat di tonton sama anak muda aja melainkan buat orang tua juga cocok nonton film ini. Karena film ini bersetting di tahun 1995 dimana merupakan jaman orang tua sekarang masih muda sehingga mereka akan relate dengan scene-scene yang ada di film ini.

Selain itu ada beberapa hal yang dapat membuat mereka menjadi nostalgia dengan masa mudanya karena banyak sekali ikon-ikon tahun 90an yang dimunculkan di film ini seperti Gameboy, Telepon rumah, bahkan hingga pergerakan mahasiswa yang menentang pemerintah pada jaman itu.

Kelebihan

Kelebihan dari film ini sendiri adalah konfliknya yang ringan. Film ini cuma menceritakan tentang kenakalan remaja dan persahabatan antara anak-anak SMA pada jaman tersebut. Konflik yang ada di film ini juga relate dengan jaman sekarang yaitu pembullyan, pertengkaran antara geng dan tawuran antar pelajar.

Selain itu film ini juga bisa menggambarkan scene yang harusnya sedih jadi menyenangkan. Salah satunya adalah scene pemakaman Kris yang harusnya dapat membuat kita banjir air mata tetapi dibuat semenyenangkan mungkin. Hal ini secara tidak langsung mengajarkan kita bahwa kematian orang terdekat kita bukan hal yang perlu dibuat menjadi hal menyedihkan.

Selain itu ada bagian film yang menurut gw pribadi gw suka banget yaitu setelah Vina patah hati setelah gebetannya ternyata pacaran sama Suci. Dimana dia pulang pake kereta sendiri dan digambarkan Vina kecil bertemu dengan Vina yang sudah dewasa dan sudah bisa menerima patah hati tersebut dan move on. Pengambilan shot disini membuat gw kagum karena gw bisa mengerti apa yang ada di hati dan pikiran para karakter tanpa harus ada dialog dan hanya mengandalkan pengambilan shot aja.

Tentu aja yang gw suka dari film ini adalah kisah persahabatannya yang dimana mereka udah pisah lama dan bisa bertemu kembali dan akhirnya bisa akrab lagi satu-sama lainnya. Persahabatan mereka bisa membuat para penontonnya iri karena hal tersebut.

Kekurangan

Gw sedikit tidak mengerti bahasa Sunda yang dipake sama Vina dan keluarganya. Dan ga ada subtitle untuk bahasa Sunda ini. Mungkin hal ini bisa menjadi masalah bagi banyak orang yang menonton film ini dan tidak ngerti bahasa Sunda.

Selain itu walaupun film ini memiliki genre komedi ada beberapa komedi yang dipaksakan. Contohnya saat Vina diantar pulang sama gebetannya tiba-tiba ada tukang kue putu yang lewat dan gw ngerti itu merupakan salah satu komedi. Tetapi tidak ditempatkan di tempat yang pas.

Kekurangan terakhir yang ane rasain adalah ada beberapa karakter yang seolah-olah ga ada juga gapapa. Contohnya ibunya Suci yang perannya cuma sebagai alasan kenapa Suci benci sama Vina. Udah gitu doang, dan abangnya Vina yang ceritanya ga jelas kemana setelah dia pamit pergi demo. Jadi menurut gw ada pemborosan karakter di film ini.

Kesimpulan

Walaupun memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan film ini tetap gw rekomendasikan buat kalian yang mau mencari kesenangan lewat film karena film ini sukses menggambarkan kesenangan tersebut dan juga sebagai sarana kita nostalgia masa-masa SMA kita.


Senin, 07 Oktober 2019

Review Film : Joker (2019), Sisi Kelam Musuh Abadi Batman
* Jangan membawa anak kecil untuk menonton film ini.
** Jika kalian memiliki mental ilness atau perasaan yang sensitif diharapkan tidak menonton film ini.
*** Artikel ini berisi spoiler.

"Film ini bukan buat semua orang" adalah hal pertama yang gw pikirin setelah keluar dari ruangan bioskop. Kenapa? Karena anak kecil dan orang-orang yang mempunyai mental ilness diharapkan jangan menonton film ini. Kenapa? Bahkan gw yang ga punya gejala-gejala tersebut keluar dari bioskop dengan keadaan pusing karena film ini. Dan alasannya bakalan gw gambarin di review film Joker ini.

Film Joker sukses membuat dunia DC sedikit kembali ke masa kejayaannya setelah kesuksesan film Aquaman dan Shazam. Film Joker ini dapat menciptakan ikon DC yang memiliki cerita yang gelap seperti dulu.

Sekedar warning, kalau kalian ingin mencari film yang mempunyai full action atau cerita bahagia maka kalian tidak akan menemukan hal tersebut di film ini. Film yang menceritakan kisah Arthur Fleck (yang diperankan oleh Joaquin Phoenix) ini bisa membuat kalian sedih dan miris dengan cerita di dalamnya. Bahkan gw hampir nangis di awal film saat Arthur dibully sama kumpulan anak kecil.

Film ini menceritakan kesuraman hidup yang dialami oleh Arthur Fleck yang akhirnya menciptakan karakter villian paling terkenal di DCU yaitu Joker. Arthur Fleck tadinya merupakan orang biasa yang pada akhirnya berubah menjadi penjahat karena serangkaian peristiwa yang menimpanya terus menerus.
Review Film : Joker (2019), Sisi Kelam Musuh Abadi Batman
Di bully oleh banyak orang, hidup dalam kemiskinan, ditusuk dari belakang oleh rekan kerjanya sendiri, di khianati dan tidak diakui merupakan rangkaian peristiwa yang membuat Arthur Fleck berubah menjadi Joker. Hal ini diperparah oleh penyakit Schizophrenia yang diidapnya.

Schizophrenia merupakan penyakit dimana penderitanya akan berhalusinasi akut dan bahkan tidak bisa membedakan mana dunia nyata dan imajinasi. Hal ini dibuktikan dari Arthur yang harus meminum banyak jenis obat untuk meredam penyakitnya. Tapi sayangnya tempat dimana ia bisa mendapatkan obat harus ditutup karena kekurangan dana dan apa penyebabnya?

Arthur gila..

Ia sudah tidak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang imajinasi dan hal tersebut dibuktikan dari scene dimana ia berhalusinasi berpacaran dengan Sophie yang padahal kenyataannya tidak demikian.

Sudah gila tertimpa tangga pula..

Kesuraman hidup Arthur tidak berhenti di dia menjadi gila karena tidak mendapatkan obat saja. Ada satu scene yang menurut gw menjadi pembalik di film ini yaitu saat Arthur mengetahui bahwa Penny Fleck bukan orang tua aslinya dan ternyata ibunya tersebut juga mengidap Schizophrenia. Dan ibunya lah penyebab Arthur juga mengidap Schizophrenia (karena Schizophrenia disebabkan oleh memori buruk).

Lengkap sudah penderitaannya..

Serangkaian peristiwa tersebut membuat Arthur kehilangan harapannya dan sudah tidak takut lagi dengan apapun seperti karakter Joker yang sesungguhnya.

Hal ini diperlengkap dengan kejadian warga kota yang protes kepada pemerintah dengan menjadikan ikon badut sebagai ikon pemberontakan dan Arthur dibuat menjadi simbol perlawanan tersebut. Disini lahirlah sisi psikopat yang dimiliki oleh Joker saat ia melihat kerusuhan dan malah menikmatinya.

Kesimpulan :

Film ini akan membuat orang yang menonton filmnya merasa tidak nyaman selama film berlangsung dari awal hingga akhir. Pewarnaan di film ini sangat sempurna karena bisa menggambarkan sisi suram di setiap adegannya dan juga yang perlu kita puji adalah akting Joaquin Phoenix sebagai Joker yang sangat memukau.

Bagi kalian yang berharap Joker yang merupakan mastermind di film ini maka kalian harus membuang jauh-jauh harapan kalian karena film ini merupakan cerita bagaimana karakter Joker terbentuk. Bukan Joker yang merupakan otak segala kriminal tetapi Joker yang menjadi gila dan akhirnya tidak takut akan apapun lagi serta memiliki jiwa seorang psikopat.

Overall Score : 9/10